Postingan

DAY 1; Yang Dicari Di Cancangan

Gambar
Sabtu, 22 Februari 2020 • • • Tanggal yang cantik untuk mengawali sebuah kisah.  Pagi itu, perjalanan dimulai. Berbekal tas berisikan kebutuhan untuk bertahan di tempat yang baru selama tiga hari.  Berkumpul dengan teman satu kelompok, berbagi makanan, bercerita barang bawaan, dan sarapan bersama sebungkus roti dan arem-arem yang cukup mengganjal perut.  Inilah kisahku selama tiga hari di Dusun Cancangan; sebuah Dusun yang tak jauh dari lereng Gunung Merapi. Berjarak 20 kilometer dari Kota Yogyakarta. Jika ditempuh dengan bis dapat melaju selama 30 menit. Disana, kami melakukan Praktikum Komunikasi Penyuluhan Pertanian.  Praktikum wajib yang harus ditempuh di semester ini. Praktikum ini mengharuskan membuat sebuah film dokumenter. Hal yang baru untukku yang masih kaku dengan hal-hal bernama kamera dan teman-temannya ini. Kalau film dokumenter sudah sering dengar. Tetapi, belum pernah berkecimpung dalam pembuatannya. Kalau suruh ambil bagian, aku lebih senang untuk menyusun

Monolog Dini Hari

Bisakah semua kembali seperti pada mulanya, Membuka hati karena kehangatannya yang datang tiba-tiba Lelah jatuh hati yang pada akhirnya tak bisa menetap untuk waktu yang lama Bagai langit dan bumi, yang tak pernah sealam Bagai hitam dan putih, yang tak pernah sewarna Bagai timur dan barat, yang tak pernah searah • • •  Tak pandai untuk beraksara, Tapi kata apapun mungkin pantas untuknya Teruntukmu hatiku ingin bersuara Biar kuceritakan sedikit mata dan hati ini ketika menatapnya Garis bibirnya saat tersenyum, menyudut sempurna. Saat tertawa, juga bicara.  Mata coklatnya yang memancar jernihnya, memberikan kehangatan setiap insan yang merasakannya Semoga memori ini masih tetap sama, Seperti hari ini, waktu itu, dan sampai nanti. • • • Mungkin dia tipe yang pernah ku benci: lelaki bertampang dingin dengan playlist indie-nya Saat dia terlelap, ponselnya tak pernah berhenti melantunkan lagu kesukaannya. Sore itu ardhito pramono, lalu pamungkas, malam t

Candi yang Buat Candu

Gambar
Sebuah perjalanan baru, pengalaman baru, dan kisah baru. Di sini lah aku menemukan titik dimana aku merasa nyaman dengan apa yang aku jalani selama ini. Di atmosfer baru, sebuah desa dengan segala dinamika sosialnya yang membuat hangat; berbeda. Jauh dari hiruk-pikuk perkotaan dengan segala problematikanya. Di lereng sebuah gunung di utara Yogyakarta. Hawa dingin yang identik dengan desa ini. Berjalan kaki menaiki bukit dengan terengah-engah untuk menuju Desa Candi. Berkenalan dengan induk semang, lalu diceritakanlah kami semua hal-hal baru. Silisilah keluarga, pekerjaan, kegiatan beliau tiap harinya. Benar - benar ramah. Menyajikan makanan-makanan kecil dan teh hangat tiap saat. Juga menawarkan selimut ketika kami akan tidur. Saat kami akan berkegiatan, ibuk semang selalu berkata, " Makan dulu, Mbak. Biar gak lemes nanti " Apa pun makanan yang ibuk sediakan, pasti kami makan. Ibuk semang tidak bisa berbahasa Indonesia lancar, untungnya saya dan teman satu kelo

Melankolia

Malam itu, Kamu bicara tentang keluh kesahmu Bicara apa yang menjadi beban tanggung jawabmu, yang ku tau memang itu tak mudah Hari itu kamu mungkin sedang lelah; mungkin juga kesepian Tergambar jelas dalam raut wajahmu yang sedang masam, juga muram Terpancar dari matamu kesedihan yang tak bisa disembunyikan. Mungkin saat itu kamu sedang ingin menangis Matamu yang hampir berkaca-kaca, namun tertahan dengan caramu menenangkan dirimu sendiri Mencoba membuat semua baik-baik saja; mulutmu bisa berkata 'tak apa' namun hatimu? Entahlah. Aku benci dengan asumsi-asumsi rasaku sendiri, yang hanya bisa 'mungkin' Malam itu, Aku memandangmu. Memerhatikan caramu berbicara Hati mana yang tidak penasaran, Bermain dengan segala teka-teki rasamu. Berkecamuk dalam hati 'apa yang sedang terjadi?' Memang malam itu, kesalahan kami.  Mengecewakanmu yang mengemban tanggung jawab yang ku tau itu tidak mudah. Tapi aku sebal, jika harus melihatmu dengan hati yang buruk.

Tidak Sendiri

Teruntuk, ... semuanya, yang sedang dikelilingi banyak tugas, tanggung jawab,dan kewajiban. yang kepala dan hatinya sedang diisi berjuta pikiran;berkecamuk tak karuan. Yang tidak mau berhenti karena khawatir dan takut. Yang mungkin sedang bingung;butuh pegangan,butuh sandaran. Yang sedang beejuang sendirian? Yang merasa kurang diapresiasi. Yang gamang karena punya sejuta pertanyaan, namun tak kunjung temui jawaban. Yang memutar lagu sedih berulang-ulang, karena dengan hanya begitu pegal hati dapat terwakili. Yang menangis malam-malam, karena saat terang kalian harus senyum seharian. Yang sedang diuji jarak dan waktu. Yang terduduk, terengah kelelahan. Yang berekspektasi dan dikecewakan. ...berhentilah sejenak. Jangan lupa napas, teman. Di saat susah, ini bisa jadi sulit dipercaya, tapi akan kukatakan juga: kita tidak pernah sendirian.  Ku kutip sebuah aksara dari izzati itu. Yang barangkali bisa mengobati pilu hatimu.. Yang tak kunjung usai Diuji dan ditatih, Tapi ingat se

Filosofi

Selamat berkelana di blog ini.       "Grey sky morning, memang terdengar asing; aneh." Terinspirasi dari grup nada beraliran pop rock yang mungkin dari kalian tak tahu. di salah satu dendangnya yang candu yaitu Grey Sky Morning  Lagu ini adalah lagu favoritku, ia memiliki makna yang mendalam yang pernah ada dalam ruang kehidupan setiap insan,  terutama aku.       Lagu ini mengajarkan kita untuk merelakan orang yang kita sayangi untuk pergi,dan kita tidak pernah menyesali akan kepergiannya itu,karena semua sudah keputusannya. Jadikanlah mereka yang pergi adalah sesuatu yang paling indah yang pernah kita miliki.      "Blognya mau diisi apa?" Setiap orang pasti punya cerita; kisah yang hendak disampaikan dalam hati yang berbeda pula.  aku akan menuliskannya. Bukan sekadar kisah-kisah seperti di buku diari. Bukan pula curahan-curahan hati seorang mahasiswa yang dirundung galau, asmara, atau yang lain. Tapi, aku akan menulis lebih dari itu.  Sebuah perjalana